Posts

Showing posts from 2019

Menjadi Dewasa?

Image
Realitanya, kita tidak pernah bisa memanipulasi waktu hingga dapat berhenti semau kita. Tidak bisa membuatnya untuk menjaga kita di waktu yang kita inginkan, waktu yang menurut kita menyenangkan. Waktu akan terus berjalan sehingga membuat kita ikut bergerak menjadi dewasa. Mungkin mentalnya yang semakin dewasa, atau mungkin pikirannya, tapi yang pasti secara fisik kita akan tumbuh dewasa. Dan seolah menimbulkan tuntutan orang agar kedewasaan itu terjelma di semua hal yang melekat di diri kita. Siapa yang tahu? Di dalam hati teriakan rasa takut untuk dewasa terus ada berputar-putar dalam diri. Takut menjadi seorang dewasa yang mudah menghakimi orang lain. Takut menjadi seorang dewasa yang suka sekali ikut campur masalah orang lain dengan rasa ingin tahunya yang tinggi. Takut menjadi dewasa yang mimpinya mulai dipatahkan realita lalu tak tahu mau jadi apa. Aku melihat dewasa ternyata memikirkan hal yang terlalu rumit dengan banyak pertimbangan. Ternyata pula dewasa terlalu pun...

Kelulusan Kita

Image
Seharusnya hari ini adalah hari paling bahagia bagiku. Menyalami rektor dan menerima secarik kertas bertuliskan kata lulus di atasnya. Serta tersenyum membalas ucapan selamat dari kawan-kawan. Seharusnya aku juga bisa ikut merasakan aura acara arak-arakan yang begitu meriah dan ikut serta mengumandangkan yel-yel himpunan. Sayang sekali yang aku tatap hanya dia yang kini sedang tersenyum lebar atas semua pencapaiannya. Lulus dengan nilai memuaskan dan langsung mendapat studi master di Jerman. Ternyata waktu berlalu begitu cepat melewati semua naik-turunnya belajar bersama di jurusan ini. "Joanna!" Aku tentu langsung tersadar kala Leo memanggilku. Sama seperti ketika pertama kali ia memanggilku saat itu. Saat itu, pertama kalinya aku hadir di acara angkatan dan belum mengenal siapa-siapa. Leo memanggilku dan menjadi orang pertama yang mengajakku mengobrol dengan topik yang sebenarnya tidak begitu penting. "Kenapa Le?" Leo menarik tanganku agar tubuhku menjadi...

Pergi

Image
Sebuah rasa terbiasa untuk melihatnya. Tujuh tahun tidaklah waktu yang sejenak ternyata. Sayangnya rasa biasa itu membuatku terlena. Menciptakan rasa aman atas kehadirannya. Sehingga pada saatnya ia bersiap pergi, Kala ia sudah bersiap untuk tak di sini, Aku belum siap untuk menjadi seorang diri. Bahkan hati ini belum disiapkan untuk merasa perih. Selama ini, Aku tidak pernah memiliki rasa berani. Padahal, mungkin ini akan jadi terakhir kali. Akhirnya hanya terlontar kalimat mencaci Aku harap pergi itu tidak menyisakan tangis. Dan ia, tidak lagi alasanku bersembunyi. Biar ia pergi, dan biar aku bebas. Tanpa belenggu kagum yang semakin menoreh luka.

Kisahku Mengenai Percaya

Image
Aku pernah percaya. Dengan keadaan, teman, juga perasaan. Namun, perlahan aku kehilangan rasa percaya. Teman yang aku andalkan berbisik buruk di belakangku. Keadaan yang aku anggap mendukung ternyata hanya mengikuti kemauan semesta yang ingin menjatuhkanku. Serta perasaan menggebu tiba pada saat yang sehancur-hancurnya. Hidup dalam rasa susah mempercayai sesuatu, aku jalani hingga saat ini. Memasang tembok setinggi-tingginya agar memberi batas antara diriku dengan segala hal di luar diriku. Ternyata, trauma masa lalu memegang peran penting dengan keadaan kita sekarang ini. Masalah pertemanan, jujur aku tidak bisa seterbuka itu, terlalu banyak diam, juga terlalu banyak untuk tidak peduli. Karena aku selalu takut walau hanya dalam pikiran bahwa seandainya aku mempercayai seseorang yang ternyata tidak pernah memercayaiku. Bentuk-bentuk pikiran seperti itulah membuatku menutup diri. Menjadi seorang yang diam di lingkungan baru, menjadi orang yang seolah biasa saja, dan menjadi orang ...

Aku Ingin Bercerita

Image
Hari ini, aku ingin bercerita, tentang dia yang mungkin hanya sejenak dalam perkenalan. Menetap di sekitar dalam waktu yang tergolong singkat. Menelisik perasaan yang lama tak muncul. Mengacaukan kembali tameng yang kujaga kuat-kuat. Runtuh begitu saja ketika dia menyebut namanya. Hari ini, aku ingin bercerita, tentang dia yang hadir tanpa punya rasa bersalah. Berlarian dengan mata penuh cerita. Menutup mataku untuk sejenak, dan membiarkanku menikmati setiap kisah darinya. Pecah begitu saja air mata yang sudah lama tidak menemani hariku. Hari ini, aku ingin bercerita, tentang dia yang tertawa riuh menebar bahagia. Mengajakku ke tempat yang katanya spesial untuk dia. Membiarkan denyutan nadiku semakin cepat semakin ia tertawa. Ternyata telah tiba waktunya untuk menerima perasaan apapun tentangnya. Hari ini, aku ingin bercerita, tentang dia yang lemah menangis dalam pelukanku. Semakin tenggelam menyisakan aku yang hanya berdiri kaku tak membalas pelukannya. Ada kalanya p...

Sedikit dari Aku

Image
Sedikit dari Aku Aku pernah mengeluh sekali Merasa tidak punya tempat untuk pulang Tidak punya bahu untuk bersandar Aku pernah tak menemukan kunci suatu pintu Yang terkunci oleh rasa sepi, sendiri, dan perih Pintu yang terbuka karena aman dan rasa nyaman Aku pernah menyerah dan mencoba berhenti Berhenti untuk mengenal asing  Karena aku takut tak ada harga untuk usahaku Aku pernah berlari seorang diri Dan singgah di setiap rumah Namun tak ada keluarga beradu kisah Aku pernah mendengarnya Rumah yang aku simpulkan hanya dalam cerita Yang menawarkan keluarga tapi tak kunjung aku temukan Namun kini aku melihatkan Senyum-senyum menyambutku pulang Serta pelukan hangat menenangkan Akhirnya aku buka pintu itu Mendobrak ego serta rasa ragu Berganti dengan bisikan untuk bersatu Dan kini aku bangkit dari jatuhku Menata ulang apa yang kini aku sebut rumah Dengan berbagai manusia kusebut keluarga Dan ini bukan sekadar cerita...

Putri Kecil Ayah

Image
Seharusnya aku berada di sisinya kala embusan napas itu berakhir. Memeluk erat tubuhnya yang semakin lemah dimakan usia. Kehadiranku, aku tahu ia menunggunya. Ayah, aku mohon maaf baru menjengukmu yang sudah terlanjur menutup mata selamanya. Ayah, aku mohon maaf baru memelukmu lagi sekian lama kala ragamu telah terbujur kaku. Sudah terlalu lama aku meninggalkan Ayah untuk melanjutkan kehidupan orang dewasa. Percayalah Ayah, aku masih putri kecil Ayah.  *** Hari ini aku pulang. Namun sekitar rumahku telah sesak dengan manusia yang akan mengantar Ayahku ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dengan menarik koper kecilku aku masuk rumah dengan pikiran yang kosong. Aku masih bingung, tetiba pukul 1 pagi Ibu meneleponku tersedu-sedu. Ibu memberi kabar bahwa Ayahku sedang kritis dan memintaku untuk segera pulang. Aku pulang dengan penerbangan paling pagi hari itu. Namun ternyata tuhan tidak mengizinkanku mengucap selamat jalan. Tepat seusai adzan shubuh Ayahku menutup usianya. ...

Tentang Aku

Image
Berkali-kali aku akan merasa berada di titik terendah dari diriku. Air mata tak bisa lagi jatuh  karena menangis saja tidak sanggup. Namun sesak sekali rasanya menahan tanpa ada yang harus dikeluarkan. Aku bisa apa? Lari ke tanah lapang lalu berteriak kencang-kencang? Atau mungkin menelpon kawan-kawan yang belum tentu juga akan merespon? Yang kulakukan hanya diam bungkam, menyebabkan luka terbuka semakin menganga. Tapi itu tentang aku, yang dulu. Sejak bertemu manusia-manusia ajaib yang lama-lama ternyata bisa menjadi karib, emosi 'masa bodoh' semakin tumbuh. Lebih banyak menoleransi segala hal yang dulu mungkin bisa membuatku risih. Lebih banyak mengabaikan hal yang dulu mungkin membuatku segan. Bahkan kini aku hanya tertawa untuk hal-hal yang dulu memilih untuk menyerah. Tapi lagi-lagi itu tentang aku, yang kemarin. Yang aku kira masa itu membuatku menjadi orang yang baru. Ternyata aku juga lebih suka untuk sendiri dan menepi untuk rasa sepi. Aku juga masih merasa...

Capek

Image
Secapek itu. Capek baik di depan orang-orang. Capek ramah senyum sana senyum sini. Capek berusaha ngobrol sama orang. Capek hidup bareng orang-orang. Pengen hidup sendirian aja, nggak usah ditemenin, dipeduliin, ditanya-tanyain sama orang. Apalagi ujung-ujungnya formalitas belaka. Pengen ngelakuin semuanya sendirian aja, nggak udah dipeduliin sekalian, pengen dianggap angin lalu aja sekalian. Intinya aku capek.

Tentang Kalian

Image
Sebelum masuk jurusan, merupakan salah satu momen paling menakutkan bagiku. Karena aku bukan tipe orang yang mudah beradaptasi. Bagiku, berkenalan dengan orang baru, mencoba akrab dengan lingkungan sekitarku adalah hal yang paling melelahkan. Terlebih lagi bila aku tidak mendapat respon sesuai dengan ekspektasiku. Sebelum jurusan jujur bingung harus memulai pembicaraan dengan siapa. Harus ke kantin bersama siapa, bahkan aku bingung, harus berjalan bersama siapa ketika sekadar berpindah kelas. Aku adalah orang yang secanggung itu. Beruntungnya bekal keberanian yang aku tanam sejak TPB berhasil membuatku berpura-pura untuk ceria dan ramah dengan orang-orang baru di Teknik Kimia. Aku persering gawe di basecamp, ngobrol dengan si ini ngobrol dengan si itu hanya agar aku yakin aku tidak sendirian nanti kala perkuliahan dimulai. Kisahku dimulai sejak mulai ngobrol malu-malu dengan beberapa orang yang kebetulan sekelas terus. Ada Naz, Ani, Iza, dan Dhea. Manusia-manusia pendi...

Baru

Image
Ini lingkungan baru bagiku. Tapi aku melihatnya, berjalan gagah dengan senyum yang terus menerus ditebarkannya. Ini orang baru bagiku. Tapi seperti kawan lama yang sudah bercengkeramah. Ia ramah bahkan menganggap semuanya sebagai saudaranya. Semenjak itu aku melihatnya, sebagai orang baru, yang tiba-tiba masuk untuk sekedar memberi sapa. Tapi aku anggap bukan hanya sapa, setiap kata yang ia lontarkan merupakan setiap kepingan dorongan semangat untuk aku tetap bertahan di tempat baru ini. Ia bukan hanya orang yang menyapa. Ia, manusia baru dalam ceritaku untuk pada akhirnya aku punya akhir bersamanya. Akhir dimana kita saling jatuh untuk pada akhirnya saling mengulurkan tangan pertolongan.