Posts

Showing posts with the label Puisi

Pergi

Image
Sebuah rasa terbiasa untuk melihatnya. Tujuh tahun tidaklah waktu yang sejenak ternyata. Sayangnya rasa biasa itu membuatku terlena. Menciptakan rasa aman atas kehadirannya. Sehingga pada saatnya ia bersiap pergi, Kala ia sudah bersiap untuk tak di sini, Aku belum siap untuk menjadi seorang diri. Bahkan hati ini belum disiapkan untuk merasa perih. Selama ini, Aku tidak pernah memiliki rasa berani. Padahal, mungkin ini akan jadi terakhir kali. Akhirnya hanya terlontar kalimat mencaci Aku harap pergi itu tidak menyisakan tangis. Dan ia, tidak lagi alasanku bersembunyi. Biar ia pergi, dan biar aku bebas. Tanpa belenggu kagum yang semakin menoreh luka.

Tidak Aku Menemukan Rumah

Image
Tidak Aku Menemukan Rumah Pengharapanku tidak pernah kuputuskan Rasa aman, rasa nyaman, selalu kuinginkan Aku mencoba membuka pintu dalam isakan Apadaya, terkuncilah tak pernah terbukakan Ketukan pintu kulempar berharap ada sambut Yang kudapat hanya bisikan-bisikan memberengut Kutengok kembali, ternyata rupa-rupa bercemberut Belakangan aku tahu, aku tak berhak menuntut Aku tak berhak, untuk menuntut pulang Pulang ke rumah yang selalu aku impikan Ke rumah yang kukira membahagiakan Yang kukira tempat keluarga disatukan Awal kira, mungkin butuh waktu Mengenal asing satu per satu Lagi-lagi aku merasa ragu Karena aku tahu, tak ada harga untuk usahaku Jika kau sebut ada rumah untukku Apakah iya, rumah itu menyambutku Karena sejauh yang aku tahu Rumah lalu, tak ikhlas menerimaku Jika ia sebut-sebut persoal keluarga Menjanjikan kenangan untuk bahagia Maka kau bisa melarangnya bicara belaka Karena percayalah aku rasa hal itu tiada Telah aku berlari menc...

Alasan?

Aku menyukainya... Perlukah sebuah alasan? Aku mengaguminya ... Perlukah sebuah alasan? Mata elangnya adalah alasan ... Denyut nadinya adalah alasan ... Senyumnya adalah alasan ... Helaan nafasnya adalah alasan ... Ketaatannya adalah alasan... Kerendahan hatinya adalah alasan ... Kau menginginkan alasan? Semua tentangnya adalah alasan Segalanya adalah alasan Tak cukup aku tuliskan alasanku untuk mencintainya Tak sanggup kusebut alasanku untuk melihatnya Yang kutahu hanyalah, Aku cinta dia Aku melihatnya Aku menjaganya Kalaupun dia tidak, Juga bukan alasanku untuk berhenti Berhenti menyukainya Berhenti menyebut namanya Jadi, pentingkah sebuah alasan? Di malam bertabur bintang, -A- 18:32

Karamnya Sebuah Rasa

Langit tampak keemasan Sang mahaterang mulai meredup Senja mulai mereguk sinar secara perlahan Sang raja siang mulai karam dari hidup Seiring dengan perjalanan senja Waktu semakin membunuh pertahananku Waktu semakin menghempas perasaan Waktu semakin menjatuhkan hati  Sudah terlalu lelah aku mempertahankan cinta Namun aku terlalu mencintai untuk melepasnya Sudah terlalu lelah berpura-pura Namum aku terlalu takut untuk mengungkapkan Aku sudah bosan dengan keadaan ini Keadaan yang temaram layaknya warna senja Tak terang juga tak gelap Terlalu banyak ketidakpastian Apa aku masih harus bertahan? Ataukah kulepas saja rasa ini? Malam hari di kota kecil, Gresik 19 : 59 Alvi Zainita