Mati Rasa

Aku ingat masa-masa sekolahku yang tidak hanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran tugas, ujian, dan sejenisnya. Dibandingkan sekarang ini, rasanya aku rindu merasakan gejolak perasaan yang muncul tiba-tiba. Semangat pergi ke sekolah karena seorang yang dulu sempat kukagumi. Membiarkan mataku diam-diam melirik sosoknya ketika dia lewat di dekatku. Membiarkan senyum terlukis tanpa sengaja hanya karena mengingat tentang kebaikan-kebaikannya. Sengaja berangkat sekolah lebih pagi hanya untuk sekadar melihatnya memasuki gerbang. Bahkan terkadang sengaja pamit ke kamar mandi hanya karena kelasnya sedang berolahraga di lapangan. Terdengar sangat norak memang, bahkan bisa dibilang alay banget aku dulu. Namun setidaknya aku punya berbagai warna mengenai perasaanku saat itu, pengalaman menggelikan di masa remaja. Berbeda dengan sekarang, kali ini pipiku sudah sulit untuk sekadar bersemu merah karena seseorang. Perutku tidak lagi merasakan geli bahagia karena seseorang. Aku tidak tahu kenapa, apa karena diriku yang sekarang semakin dewasa sehingga menyukai seseorang tidak lagi semudah dulu.Tak ada lagi gejolak perasaan yang kurasakan. Rasanya hidupku setenang itu sampai-sampai aku kesusahan memberi rasa untuk tulisanku. Sampai-sampai aku menyimpulkan bahwa mungkin aku sedang mengalami mati rasa.

Comments

Popular posts from this blog

Sempat Salah Jurusan, Tapi Mimpi Tetap Harus Dicapai

Tentang Kalian

Sedikit dari Aku