Kamu, dalam Pusiku

Dalam kemajemukan karya, aku memilihmu untuk menjadi bintang inspirasiku.
Dalam kerumitan susunan aksara, aku menemukanmu sebagai penyederhana imajinasiku.
Dalam kekaburan waktu, aku memintamu untuk tetap bersamaku.


Jika denganmu segalanya menjadi lebih mudah bagiku, mengapa aku tak pernah bisa menjadi penjembatan masalahmu?
Jika denganmu senja di ufuk sana bisa terus berjibaku, mengapa aku masih kesulitan menyibak awan kelammu?
Jika denganmu gemericik air bisa terdengar begitu merdu, mengapa aku tetap kau anggap ombak pengganggu?


Adilkah untukku yang terus mengagumimu selagi kau terus lari menjauh?
Pantaskah untukku memberikan mimpiku hanya untuk menghidupkan ego kehidupanmu?
Bertahankah aku merelakan raga ini terjebak di dalam tirai pedih rahasiamu?


Aku tahu, hanya aku masalahnya, pengejar angin lalu yang bahkan kusentuh saja tidak mau.
Aku mengerti, mungkin memang aku terlalu tidak tahu diri terus membela dahan yang sudah terlebih dahulu jatuh.
Aku memahaminya, seorang kamu yang hanya ingin menjadi puncak piramida tanpa aku di sampingmu.


Pada akhirnya aku akan tetap di dalam terungku rindu berusaha menyibak rahasia baru.
Pada akhirnya aku hanya akan mengukir aksara baru di atas secarik kertas beraroma candu.
Dan pada akhirnya, nama kamu hanya akan menjadi kenangan pahit di dalam puisiku.

Comments

Popular posts from this blog

Sempat Salah Jurusan, Tapi Mimpi Tetap Harus Dicapai

Tentang Kalian

Sedikit dari Aku