It's just a story :)


I’m Nobody
Sejak kutahu itu.. bisakah aku merusak kebahagiaanmu? Aku hanya bayangan yang selalu mengagumimu. Aku hanya bisa tersenyum melihat tawamu pecah bersamanya. Meski bukan diriku disampingmu tapi aku senang melihatmu tertawa bahagia….
***
Pagi hangat, sinar mentari menjatuhi bumi. Sekolah masih terlihat sepi dan sunyi. Hanya pesuruh sekolah yang mondar-mandir membersihkan lapangan. Juga ada beberapa siswa SMU yang datang.
Kudapati kedua bola mataku menatap sesuatu dan tidak mau berpaling darinya. Menatap sosok laki-laki bertubuh tegap tinggi. Tatapan tajam juga alis tebal yang dibubuhi senyuman manis itu telah berhasil menarik seluruh perhatianku. Tak sadar aku menatapnya cukup lama sembari menopang dagu, kulihat ia masuk ke kalas XI IPA 7. Ia kakak kelasku. Entah siapa namanya namun aku begitu tertarik untuk memerhatikannya.
Aku masih baru di sini. Masih kelas X. Namun aku sudah berani tertarik pada kakak kelas. Sungguh memalukan. Apa kata Elise nanti? Selama ini aku yang selalu menggodanya karena sudah berani suka dengan kakak kelas.
Elise. Sahabat terbaikku yang tahu segala hal tentang cowok terutama kakak kelas. Ia memang mengagumi beberapa kakak kelas yang katanya cukup keren. Dan juga dia yang mengataiku tidak normal karena menurutnya sangat tidak wajar aku tidak tertarik pada kakak kelas. Anggapannya selama ini adalah adik kelas pasti merasa tertarik pada satu atau dua orang kakak kelas.
“Woy ngelamun aja!” Suara khas itu membuyarkan lamunanku. Ya. Itu suara cempreng milik Elise. Aku hanya tersenyum padanya. Lalu kembali menatap ke arah lapangan yang kebetulan kakak tadi bermain basket bersama temannya.
“Evy ngomong dong ada apa?” Si cempreng Elise kembali mengeluarkan suara.
“Emm.. aku ngomong tapi jangan tertawa ya?” Aku mulai membuka mulut.
“Iya ada apasih? Aku jadi makin penasaran.”
“Kamu tau nggak nama kakak kelas yang itu? Yang lagi main basket.”
“Wah kamu kena karma nih, udah mulai suka sama kakak kelas ya?”
“Loh aku nggak suka cuma kagum aja.” Aku membantah perkataan Elise.
Elise tertawa geli melihat pipiku bersemu merah, “Hahaha.. yang mana sih vy?”
“Itu yang pake Nike warna merah!” ucapku.
Dahi Elise berkerut, sepertinya sedang berpikir, “Emm.. Oh ya aku tahu dia itu namanya kalo nggak salah namanya kak Radit.”
“Oh.. “ jawabku pendek sambil senyum-senyum sendiri.
Sejak hari bersejarah itu, hari dimana aku mulai tertarik dengan seseorang aku lebih sering melamun. Entah apa yang kupikirkan namun pasti semua berujung kepada seseorang. Sejak itu juga aku sering memperhatikan sosok tegap itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tak pernah merasa sebahagia ini. Bagiku tatapannya bisa melelehkan setiap wanita yang menatapnya. Senyumannya bisa menyejukkan setiap hati wanita.
Hari-hariku berlalu, dan hariku selalu dibayangi oleh sosok seorang Radit. Suatu ketika aku mendapat kabar dari Elise tentang Radit. Ternyata belum lama ini Radit telah menyatakan perasaannya kepada salah satu teman wanitanya. Dan kini mereka telah menjadi sepasang kekasih. Kaget? Ya. Shock? Sangat. Yang aku tahu selama ini  Radit adalah sosok pendiam, cerdas dan lebih sering menyendiri.
Aku sedih. Namun aku tak punya alasan untuk cemburu. Aku bukan siapa-siapanya. Aku hanya pengagum yang lebih suka agar tidak terlihat. Kali ini aku tahu arti tawanya selama ini. Ia sedang jatuh cinta. Ia sedang menyukai seseorang. Tingkahnya hampir sama denganku. Tingkah seorang remaja ketika sedang jatuh cinta.
Ia sangat bahagia bersamanya dan aku tidak bisa mengusiknya. Aku rasa cukup sampai di sini saja. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Bukan kebahagiaan yang dibayang-bayangi oleh seseorang.
***
I love him. But he loves somebody else. I can't be jealous of that. Cause I’m nobody.

Comments

Popular posts from this blog

Sempat Salah Jurusan, Tapi Mimpi Tetap Harus Dicapai

Tentang Kalian

Sedikit dari Aku