It's just a story :)
I’m Nobody
Sejak kutahu
itu.. bisakah aku merusak kebahagiaanmu? Aku hanya bayangan yang selalu
mengagumimu. Aku hanya bisa tersenyum melihat tawamu pecah bersamanya. Meski
bukan diriku disampingmu tapi aku senang melihatmu tertawa bahagia….
Pagi hangat,
sinar mentari menjatuhi bumi. Sekolah masih terlihat sepi dan sunyi. Hanya
pesuruh sekolah yang mondar-mandir membersihkan lapangan. Juga ada beberapa
siswa SMU yang datang.
Kudapati kedua bola mataku menatap sesuatu dan tidak mau berpaling
darinya. Menatap sosok laki-laki bertubuh tegap tinggi. Tatapan tajam juga alis
tebal yang dibubuhi senyuman manis itu telah berhasil menarik seluruh
perhatianku. Tak sadar aku menatapnya cukup lama sembari menopang dagu, kulihat
ia masuk ke kalas XI IPA 7. Ia kakak kelasku. Entah siapa namanya namun aku
begitu tertarik untuk memerhatikannya.
Aku masih baru di sini. Masih kelas X. Namun aku sudah berani tertarik
pada kakak kelas. Sungguh memalukan. Apa kata Elise nanti? Selama ini aku yang
selalu menggodanya karena sudah berani suka dengan kakak kelas.
Elise. Sahabat terbaikku yang tahu segala hal tentang cowok terutama
kakak kelas. Ia memang mengagumi beberapa kakak kelas yang katanya cukup keren.
Dan juga dia yang mengataiku tidak normal karena menurutnya sangat tidak wajar
aku tidak tertarik pada kakak kelas. Anggapannya selama ini adalah adik kelas
pasti merasa tertarik pada satu atau dua orang kakak kelas.
“Woy ngelamun aja!” Suara khas itu membuyarkan lamunanku. Ya. Itu suara
cempreng milik Elise. Aku hanya tersenyum padanya. Lalu kembali menatap ke arah
lapangan yang kebetulan kakak tadi bermain basket bersama temannya.
“Evy ngomong dong ada apa?” Si cempreng Elise kembali mengeluarkan suara.
“Emm.. aku ngomong tapi jangan tertawa ya?” Aku mulai membuka mulut.
“Iya ada apasih? Aku jadi makin penasaran.”
“Kamu tau nggak nama kakak kelas yang itu? Yang lagi main basket.”
“Wah kamu kena karma nih, udah mulai suka sama kakak kelas ya?”
“Loh aku nggak suka cuma kagum aja.” Aku membantah perkataan Elise.
Elise tertawa geli melihat pipiku bersemu merah, “Hahaha.. yang mana sih
vy?”
“Itu yang pake Nike warna
merah!” ucapku.
Dahi Elise berkerut, sepertinya sedang berpikir, “Emm.. Oh ya aku tahu
dia itu namanya kalo nggak salah namanya kak Radit.”
“Oh.. “ jawabku pendek sambil senyum-senyum sendiri.
Sejak hari bersejarah itu, hari dimana aku mulai tertarik dengan
seseorang aku lebih sering melamun. Entah apa yang kupikirkan namun pasti semua
berujung kepada seseorang. Sejak itu juga aku sering memperhatikan sosok tegap
itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku tak pernah merasa sebahagia ini. Bagiku
tatapannya bisa melelehkan setiap wanita yang menatapnya. Senyumannya bisa
menyejukkan setiap hati wanita.
Hari-hariku berlalu, dan hariku selalu dibayangi oleh sosok seorang
Radit. Suatu ketika aku mendapat kabar dari Elise tentang Radit. Ternyata belum
lama ini Radit telah menyatakan perasaannya kepada salah satu teman wanitanya.
Dan kini mereka telah menjadi sepasang kekasih. Kaget? Ya. Shock? Sangat. Yang
aku tahu selama ini Radit adalah sosok
pendiam, cerdas dan lebih sering menyendiri.
Aku sedih. Namun aku tak punya alasan untuk cemburu. Aku bukan
siapa-siapanya. Aku hanya pengagum yang lebih suka agar tidak terlihat. Kali
ini aku tahu arti tawanya selama ini. Ia sedang jatuh cinta. Ia sedang menyukai
seseorang. Tingkahnya hampir sama denganku. Tingkah seorang remaja ketika
sedang jatuh cinta.
Ia sangat bahagia bersamanya dan aku tidak bisa mengusiknya. Aku rasa
cukup sampai di sini saja. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri. Bukan kebahagiaan
yang dibayang-bayangi oleh seseorang.
***
I love him. But he
loves somebody else. I can't be jealous of that. Cause I’m nobody.
Comments
Post a Comment