Posts

Showing posts from 2016

Mimpi

Aku bermimpi,  hujan yang mengguyurku membuatku bahagia. Aku bermimpi,  senyumannya terbayang tepat di depan mata. Aku bermimpi,  panggung kehidupanku memilih alur yang berbeda. Aku bemimpi,  terus bermimpi hingga realita berbalik memberi luka. Aku di sini sibuk memperbaiki hidup yang ternyata telah hilang arah.

Hari Itu Datang Juga

Semenjak bulan September lalu aku sudah memulai perkuliahanku. Dan semenjak itu pula aku mulai tidak menjadi diriku. Tubuhku bagai robot yang mengerjakan aktivitas tanpa tahu apa tujuannya. Ya, aku merasa limbung bingung tanpa arah. Aku mencoba membaur, cukup berhasil, tetapi selalu saja ada yang menjatuhkan pertahananku. Sampai saat ini perang masih bergejolak dalam hatiku. Aku benar-benar buta akan apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Tuhan kepadaku. Setiap malam aku bertanya kenapa kenapa dan kenapa? Hari kemarin perbincanganku dengan beberapa orang malah membuatku semakin pening. Seakan hatiku kembali mantap untuk mengejar mimpiku. Seakan yang kulakukan di sini adalah sia-sia. Lantas bagaimana ragaku menerimanya? Ragaku terlanjur tersandung jatuh kedalam lingkarang kebohongan. Namun hatiku masih melalang buana mengejar mimpi lamaku. Jadi aku ingin bertanya pada kalian, apa aku harus berhenti sekarang?

Empty

Belum pernah aku merasa sehampa ini, mempertanyakan bagaimana hidupku setahun ke depan.. Bilang saja aku tidak bersyukur, tidak tahu diri. Tapi mau bagaimana lagi, perasaan tidak bisa berbohong kan? Bagaimanapun di hati ku yang paling dalam tangis itu deras sekali. Bagimanapun juga raga ini lemas lelah mengukir senyum kepuasan, senyum kebahagiaan, senyum semangat yang sebenarnya palsu. Kedua mata ini lelah menahan tangis yang sebenarnya memaksa ingin jatuh dengan deras. Pada akhirnya hanya bisa kutuliskan di sini semua keluh kesahku. 

Salahku?

Aku sudah menahan amarah sejak lama. Dan mungkin ini batasnya. Jadi, salahkah aku bila merasa tidak nyaman berteman denganmu? Salahkah bila aku tidak ingin punya teman lain sepertimu? Sering kali kemarahanmu tanpa alasan. Dan menuntutku untuk merasa bersalah. Aku selalu ingin menjaga pertemanan ini, namun aku merasa kau tak pernah melakukannya juga. Sesekali aku ingin meminta bantuan padamu. Meski lisanmu mengatakan 'Ya', raut wajahmu tidak bisa berbohong bahwa kau merasa terbebani. Namun bahkan hal kecil yang membuatku atau pun keluargaku tak nyaman, aku tetap membantumu. Kau egois. Kau kekanak-kanakan. Jadi salahkah bila aku tidak menghiraukanmu? Salahku juga jika aku lelah denganmu?

Almost A Month ...

Pertemuan tak pernah ada yang menyangka kapan, dimana, yang aku tahu hanyalah kebahagiaan yang menyelimutinya.  Sebulan lalu, aku kembali menatapnya. Setelah kian lama bayangan itu tak pernah sampai ke retinaku, akhirnya hari itu tampak juga. Masih dengan senyum yang sama, senyum yang amat kurindukan. Masih dengan tatapan yang sama, hujaman tatapan yang menggemingkan tubuhku untuk beberapa saat. Bahkan masih dengan potongan rambut yang sama, tak terlalu panjang, tak botak pula.  Tapi itu sebulan yang lalu. Kini, aku hanya bisa termangu kembali. Berjumpa dengan kawan-kawanku. Walau seringkali aku melihat bayangan di tubuh kawanku. Terkadang senyumannya terlukis di wajah orang lain. Mata elangnya dimiliki pula oleh yang lain. Bahkan rambut khasnya sering membuatku keliru karena juga dimiliki oleh yang lain.