Pergi
Sebuah rasa terbiasa untuk melihatnya. Tujuh tahun tidaklah waktu yang sejenak ternyata. Sayangnya rasa biasa itu membuatku terlena. Menciptakan rasa aman atas kehadirannya. Sehingga pada saatnya ia bersiap pergi, Kala ia sudah bersiap untuk tak di sini, Aku belum siap untuk menjadi seorang diri. Bahkan hati ini belum disiapkan untuk merasa perih. Selama ini, Aku tidak pernah memiliki rasa berani. Padahal, mungkin ini akan jadi terakhir kali. Akhirnya hanya terlontar kalimat mencaci Aku harap pergi itu tidak menyisakan tangis. Dan ia, tidak lagi alasanku bersembunyi. Biar ia pergi, dan biar aku bebas. Tanpa belenggu kagum yang semakin menoreh luka.