Itu Aku
Gadis mungil itu tertunduk seram, tak pernah berani menatap mataku. Ia menambahkan dua sendok gula ke dalam secangkir teh hangatku sebelum kubentak lagi untuk kesekian kali. Lalu ia berjalan menjauh dengan tetap menunduk takut. Aku mereguk sisa-sisa teh hangat yang kuharap memberi kedamaian. Tak kunjung kembali, aku berteriak memanggil gadis itu. Tak muncul juga, aku tetap meneriakkan nama gadis itu hingga tenggorokanku sakit dan suaraku menjadi serak. Aku mulai bercermin dan tampak rupaku yang tak lagi indah karena kerutan marah di wajahku. Semakin aku perhatikan, itu aku, gadis kecil itu aku, gadis itu tergambar jelas sebagai bayanganku. Itu aku, menjadi budak oleh istana ego yang kubangun sendiri.