Dibalik Bungkam
Hari-hari di kampus selalu memiliki kejutan-kejutan baru untukku. Menghabiskan setiap detik berharga membuat kenangan baru. Terlebih ketika dia yang lama tak pernah kutemui datang lagi. Mengajakku makan siang bersama di kantin kampus. “Hai Key, apa kabar?” Tanyanya. “Baik kamu?” “Baik juga. Lama banget ya kita nggak ketemu. Hm tiga tahun?” Aku tersenyum kecil, “Ya, sejak kamu pindah ke Surabaya kan?” Ia mengangguk. Tampilannya sudah beda sekarang. Tubuhnya menjulang tinggi dengan kacamata bertengger di wajahnya. Rambutnya yang dulu selalu dipotong cepak kini muncul dengan potongan spike. “Iya. Kamu betah sekali ya di Bandung.” Jawabnya lagi. Bagaimana tidak betah, Bandung selalu menjadi tempat favoritku. Tempat dimana aku mengenalnya, menjadikannya teman paling dekat, teman tempatku mengeluhkan segala masalahku. Tiba-tiba teleponnya berdering kencang mengalunkan music instrument yang selalu disukainya sejak dulu. “Bentar ya Key. Halo?” Ia menjawab teleponnya s...